BAB II
PEMBAHASAN
1)
Definisi
belajar menurut kamus Bahasa Indonesia :
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. [1]
2)
Definisi
belajar menurut Para Ahli :
a.
Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri ,
Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
b.
Winkel, belajar
adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
c.
Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. [2]
Di sisi
lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi
sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan
hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan
pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran
yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas
pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar
yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan
pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap
dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
B.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Berikut
ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum dari beberapa pakar
pembelajaran yang meliputi:
1) Perhatian
dan Motivasi
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori
belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak
mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan
perhatian dan juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa
tidak ada perhatian terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut
perlu dibangkitkan perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan
faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang
besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih
stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak
stimuli yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik untuk
mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang
akan diberikan; memilih dan memberikan fokus pada masalah yang harus
diselesaikan. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam
kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.
Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar
matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban
bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai
tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari
observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan :
a. Bersungguh-sungguh menunjukkan
minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta
dalam kegiatan belajar;
b. Berusaha keras dan memberikan waktu
yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut;
c. Terus bekerja sampai tugas-tugas
tersebut terselesaikan.
Motivasi
dapat bersifat internal, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri peserta
didik dan juga eksternal baik dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.
Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan,
memberikan insentif dan juga motivasi berprestasi.
2) Keaktifan
Menurut pandangan psikologi anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa
belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai
pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya
jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya
menyimpan saja tanpa mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari,
menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike
mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of
exercise"-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering
dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya
dalam kegiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar
apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan
semakin paham. Hal ini juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa
individu merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu".
Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa
kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang sulit diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain
sebagainya.
3) Keterlibatan
Langsung/Pengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri
oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang
lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa
belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati, tetapi ia
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang
paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan, bukan hanya
melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi hanya mendengar cerita bagaimana
cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam
konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka memperoleh
pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang
bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan
Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam,
melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan
potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk
mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian,
segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman
sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang
diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa
"mengalami sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui"
dari informasi yang disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi
bahwa siswa akan belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan
dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika
siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan
para ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara
langsung dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam
belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan "learning by doing"-nya.
Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh
siswa secara aktif. Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat
memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan
proporsional, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep.
Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang
kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50%
dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90%
dari apa yang kita katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru
mengajar dengan banyak ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20%
karena mereka hanya mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik
untuk melakukan sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak
90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof
Cina Confocius, bahwa:
“
|
apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya
ingat; dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita
dapat mengetahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.
|
”
|
4) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan
perlunya pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan sempurna. Dalam
proses belajar, semakin sering materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan
melekat pelajaran itu dalam diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam
belajar, karena dengan adanya pengulangan "bahan yang belum begitu
dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap tertanam dalam otak seseorang.
Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga bahkan lebih penting
adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari misalnya
dengan membuat ringkasan. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah
teori koneksionisme-nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan
bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan
pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya
respon benar.
5) Tantangan
Teori medan (Field Theory) dari Kurt
Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada dalam suatu medan. Dalam situasi
belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila
hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan
dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Menurut teori ini
belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Agar
pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik,
maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan
belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru
yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery
juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang
tidak menyenangkan.
6) Balikan
dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaiatan
dengan balikan dan penguatan adalah teori belajar operant conditioning
dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan
stimulus dan respon akan bertambah erat, jika disertai perasaan senang atau
puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai perasaan tidak senang. Artinya
jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung
diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka
cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi. Siswa akan belajar lebih
semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Apabila hasilnya baik
akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain adanya
penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar
sungguh-sungguh akan mendapat nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik
itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat
merupakan operan conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak
yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar yang lebih
giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak
untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut penguatan negatif.
7) Perbedaan
Individual
Siswa merupakan makhluk individu
yang unik yang mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti
perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka
berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan
orang tuanya. Guru harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat
melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo
perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan
temponya masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan
hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru
dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah
kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan
pengetahuannya.
C.
Sumber Prinsip-Prinsip Pembelajaran
1)
Bersumber
dari Behavioristik
Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar dengan
baik bila [3]:
a.
Si belajar berpartisipasi secara aktif
b.
Materi disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir
secara sistematis dan logis
c.
Tiap respon si belajar diberi balikan dan disertai penguatan
(Hartley&Davies, 1978)
2)
Bersumber
dari Teori Kognitif
Reilley & Lewis (1983)
menjelaskan 8 prinsip pembelajaran yang digali dari teori kognitif Brunner dan
Ausuble, pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull learning) apabila:
a.
Menekankan akan makna dan pemahaman
b.
Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan tetapi perlu
disertai proses transfer.
c.
Menekankan adanya pola hubungan
d.
Menekankan pembelejaran prinsip dan konsep
e.
Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif
f.
Obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak
disederhanakan dalam bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris.
g.
Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pemikiran dan
komunikasi
h.
Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih
bermakna.
3)
Bersumber
dari Teori Humanisme
Belajar adalah bertujuan
memanusiakan manusia. Anak yang berhasil dalam belajar, jika ia dapat
mengaktualisasi dirinya dengan lingkungan maka pengalaman dan aktivitas belajar
merupakan prinsip penting dalam pembelajaran humanistik.
4)
Prinsip
Pembelajaran Dalam Rangka Pencapaian Ranah Tujuan
a.
Prinsip pengaturan kegiatan kognitif
Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan
kognitif yang efisien.
b.
Prinsip pengaturan kegiatan Afektif
Pembelajaran pengaturan kegiatan afektif perlu memperhatikan
dan mengaplikasikan 3 pengaturan kegiatan afektif, yaitu faktor ”conditioning”,
behavior modification dan human model.
c.
Prinsip pengaturan kegiatan psikomotori
Pembelajaran pengaturan kegiatan psikomotorik mementingkan
faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerik dan prosedur koordinasi anggota
badan untuk itu diperlukan pembelajaran fase kognitif.
5)
Bersumber
dari Konstrutivisme (Teori Kontemporer)
Belajar
adalah proses aktif si belajar dalam mengonstruksi arti, wacana, dialog,
pengalaman fisik dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip yang nampak
dalam pembelajaran konstruktivisme adalah:
a.
Pertanyaan dan konstruksi jawaban siswa adalah penting
b.
Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat
dimanipulasi para siswa
c.
Guru lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai
fasilitator dan mediator bagi siswa dalam proses belajar-mengajar.
d.
Program pembelajaran dibuat bersama si belajar agar mereka
benar-benar terlibat dan bertanggung jawab (konstrak pembelajaran)
e.
Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan
dengan belajar aktif, belajar mandiri, koperatif dan kolaboratif.
Tidak ada komentar: